Kampung Benda Kerep didirikan oleh Embah Soleh kira – kira kurang lebih 300 tahun yang lalu. Embah soleh berasal dari keturunan Keraton Kanoman yakni keturunan ke 13 dari Syek Sarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon. Namun ada persepsi lain yang mengatakan Embah Soleh adalah keturunan ke 12 dan keturunan ke 9.
Sebelum menjadi kampung Benda Kerep wilayah ini dinamakan Cimeuweuh yang berasal dari bahasa sunda cai meuweuh yang mengandung terminologi ketika ada orang yang masuk ke wilayah Cimeuweuh maka orang tersebut hilang entah kemana tetapi menurut keyakinan masyarakat sekitar kemungkinan besar orang yang masuk kewilayah tersebut dibawa ke alam ghaib oleh sekelompok mahkluk ghaib penghuni wilayah Cimeuweuh. Kejadian yang lebih mencengangkan pohon – pohon rindang yang berada didalam wilayah Cimeuweuh mengandung unsur mistis yang luar biasa diluar jangkauan rasio dan ilmu pengetahuan fisika, yakni ketika pohon tersebut di tebas atau ditebang pohon itu akan mengeluarkan darah dan menjerit layaknya mahkluk hidup bernyawa. Kejadian-kejadian ghaib yang sering terjadi dihutan belantara Cimeuweuh ini mengundang perhatian besar dari kalangan bangsa Kraton Kanoman yang kemudian hutan belantara yang masih milik tanah kraton ini dinamakan Cimeuweuh.
Melihat hal-hal yang ganjil didaerah hutan belantara yang masih dimiliki oleh Kraton kanoman tersebut, pada akhirnya banyak orang-orang sakti mandraguna baik dari kalangan kraton ataupun dari luar kerajaan yang ingin mencoba kesaktiannya untuk menaklukan daerah Cimeweuh dari pengaruh-pengaruh ghaib, diantaranya menurut informasi yang kami dapat yaitu Embah Layaman, seorang sakti mandaraguna yang memiliki ilmu kanuragan tinggi serta menguasai ilmu agama secara lues, berasal dari daerah solo dan diangkat menjadi penasehat kesultanan karena kesaktian dan kebijaksanaan yang dimilikinya. Beliau mencoba datang ke cimeuweuh dengan maksud mengusir makhluk-makhluk ghaib serta menaklukan daerah cimeuweuh dari berbagai pengaruhnya, setelah Embah Layaman datang ke Cimeuweuh Beliau mencoba memulainya dengan mengeluarkan berbagai ilmu kesaktiannya untuk menaklukan para penghuni gahib. Usaha demi usaha telah dilakukan tapi ternyata tuhan berkehendak lain , Embah Layaman tidak mampu atau gagal menaklukan wilayah Cimeuweuh dan para penghuninya pada akhirnya dalam keadaan pasrah dan menerima apa adanya beliau berjalan menuju Kali Lunyu beliau bermukim disana dan mendirikan sebuah Masjid. Sampai sekarang masjid di Kali Lunyu masih berdiri dengan kokoh dan merupakan masjid pertama di Kali Lunyu.
Pada tahap berikutnya Embah Soleh sendiri yang hidup pada masa K. Asy’ari (pendiri pesantren Tebu Ireng dan ayah dari hasyim asy’ari [-+ th. 1826 M.]) sebelumnya telah mendirikan pesantern tempat menimba ilmu dan menetap di Situ Patok, bersama sahabatnya K. Anwarudin kemudian beliau pindah ke desa Kegunung di daerah Sumber cirebon serta mendirikan pesantren pula di Kegunung. Riwayat tentang K. Anwarudin menurut informasi yang kami dapat adalah sahabat dekat Embah Soleh guru dari keduanya adalah K. Baha’udin dari Manafizaha tetapi persi lainpun mengatakan K. Anwarudin yang lebih dikenal dengan pangeran Klayan tersebut adalah paman sekaligus guru dari embah soleh.
Melalui perjalanan yang begitu panjang di Kegunung, K. Anwarudin mendapat sebuah petunjuk bahwasannya Embah Soleh yang memegang teguh terhadap ilmu tasawuf (Sufistik) ini harus pindah ke Cimeuweuh dan harus menaklukan pengaruh – pegaruh gaib yang mengelilinginya. K. Anwarudin berfirasat bahwa daerah sumber, suatu saat kelak akan menjadi pusat pemerintahan wilayah Cirebon dan itu akan memberikan dampak besar untuk keselamatan anak cucu Embah Soleh dan ketasawufan serta tidak cocok untuk menyembunyikan anak cucu dari keramaian.
Berawal dari petunjuk K. Anwarudin, akhirnya Embah Soleh bersama K. Anwarudin bertolak menuju tanah Cimeuweuh dengan niatan menaklukan tanah tersebut dari gangguan-ganguan ghaib. Sesampainya disana, embah soleh dan K.Anwarudin bermunajat dan berdo’a kepada Allah SWT. Memohon pertolongan dan keselamatan dari hawa-hawa ghaib, entah apa yang terjadi berkat kesucian dan karomah yang dimilikinya dengan sekilas para penghuni gaib diwilayah Cimeuweuh takluk kepada embah soleh dan menyingkir dari tanah Cimeuweh. Sementara itu keterangan yang kami peroleh dari K. Miftah Putra K. Faqih atau keturunan ke empat dari embah soleh, ketika proses penaklukan makhluk ghaib di Cimeuweuh semua makhluk ghaib di Cimeuweuh takluk dan bersedia berinjak dari tanah Cimeuweuh, tapi ada dua makhluk ghaib yang tidak mau berinjak dari tanah Cimeuwuh yaitu seekor Macan ghaib dan seekor Ular ghaib yang sebelumnya ular ghaib tersebut ada tiga, yang dua pergi dan yang satu menetap, dengan mengadakan sebuah perjanjian bahwa seekor Macan dan Ular ghaib tersebut berjanji akan melindungi dan menjaga anak cucu keturunan Embah Soleh dari hal-hal negative yang membahayakan keturunan Embah Soleh. Pernyataan ini dibenarkan juga oleh k. Muhammad Nuh menantu K . Hasan bin K. Abu Bakar bin Embah Soleh, bahkan menurut pernyataan K. Muhammad Nuh sampai sekarang masyarakat Benda Kerep sering melihat penampakan seekor Macan Putih dengan loreng hitam disekitar Cimeuweuh/benda kerep dan diwaktu yang berbeda masyarakat pula sering melihat penampakan seekor Ular Besar.
Singkat cerita, setelah tanah cimeuweuh ditaklukan, akhirnya kabar penaklukan tanah cimeuweuh oleh embah soleh terdengar juga oleh Sultan Zulkarnaen (Raja Kraton Kanoman pada masa itu), mendengar berita yang baik itu, tanah Cimeuweuh yang masih milik Kraton Kanoman itu ahkirnya dihibahkan oleh Sultan Zulkarnaen kepada embah soleh dengan memasrahkan segalnya asal tanah Cimeuwuh dijadikan sebagi sumber cahaya dan pusat penyebaran agama Allah Swt.
Waktu berputar perlahan tapi pasti, Embah Solehpun mulai menetap di Cimeuweuh bersama istri pertamanya Nyai Menah dari Pekalongan, pada masa permulaan beliau mendirikan sebuah kranggon (pohon besar yang dikasih papan kayu. Red.) sebagai tempat tinggal sementara. Kemudian nama Cimeuweuh diganti dengan nama Benda Kerep karena di tanah Cimeuweuh terdapat pohon Benda (pohon dan buahnya kaya semacan sukun) dan pohon tersebut banyak sekali (Kerep[bahasa jawa]) dengan alasan itulah Cimeuweuh diganti menjadi Benda Kerep, Sekarang cimeuweuh sirna dan benda kerep pun lahir.
Keberadaan Benda Kerep sebagai wajah baru dari tanah Cimeuweuh tentunya telah mengundang berbagai perhatian dari berbagai penjuru masyarakat Cirebon terlebih disitu terdapat orang mulia, sakti mandraguna dan mempunyai wawasan kelimuan yang tinggi dan berakhlak mulia, selalu memegang teguh prinsif-prinsif aqidah dan bersandar pada ajaran tasawuf sebagai implementasi dari ajaran islam sesungguhnya. Banyak dari kalangan masyarakat cirebon khususnya dari daerah tetangga benda kerep yang berniat untuk belajar dan berguru kepada embah soleh, “Lama-Lama Menjadi Bukit” begitulah mungkin yang dirasakan oleh embah soleh tanpa terasa yang semula hanya berdua bersama isrinya kini telah banyak yang menemani embah soleh sebagai muridnya dan embah soleh pun semakin serius untuk membumikan ajara islam di tanah Benda Kerep.
Pada estapeta regenerasinya, tempat tinggal Embah Soleh bersama istrinya yang semulanya adalah tempat kranggon, agar lebih memberikan kenyamanan dalam berumah tangga akhirnya embah soleh yang dibantu bersama murid-muridnya membangun sebuah rumah sederhana sebagai tempat tinggal yang memberikan sebuah kenyamanan, pada akhirnya proses pembangunan rumah tersebut telah memberikan warna sejarah tersendiri bagi benda kerep, yakni rumah yang dibangun oleh embah soleh adalah rumah pertama di kampung benda kerep dan rumah tersebut sampai sekarang masih berdiri kokoh namun telah mengalami berbagai renofasi, yang kemudian sekarang menjadi tempat tinggal K. Faqih cucu Embah Soleh dari K. Abu Bakar.
Melalui hikmah kewalian Embah Soleh, benda kerep yang dahulunya penuh dengan aura mistis kini mulai tampak cahaya-cahaya islam yang bersinar disetiap penjuru kampong benda kerep, proses pengajaran agama islam berjalan dengan sempurna, ayat-ayat suci Al-Quran kian berkumandang ditengah-tengah hutan belantara benda kerep, aplikasi ajaran islam yang selalu menyentuh nila-nilai sikap dan moralitas begitu melekat dalam setiap individu yang berdomoisili di kampong benda kerep, namun disisi lain batin Embah Soleh mulai terusik seolah-olah hampa terasa dan ada yang belum lengakp dalam kehidupan embah soleh, kegelisahan ini mulai terasa karena melihat istrinya yang tak kunjung menghasilkan keturunan padahal seyogyanya peranan anak cucu itu sangat urgen sekali sebagai regenerasi atau penerus perjuangan Embah Soleh dalam menegakkan syariat islam ditanah nusantara kampong benda kerep pada khususnya. Melalui proses perenungan yang begitu panjang dengan diiringi do’a dan restu dari istri pertamanya, akhirnya beliaupun mengambil sebuah keputusan untuk menikah lagi, disuntinglah Nyai Merah dari Manafizaha cirebon sebagai istri keduanya. Dari hasil pernikahannya dengan Nyai Merah dari Manafizaha Cirebon ternyata cita-cita embah soleh untuk mempunyai keturunan dikabulkan oleh Allah SWT. Nyai Merah telah memberikan dua orang putra da satu putri. yang pertama adalah Embah Muslim atau K. Muslim, putra keduanya adalah K. Abu Bakar dan yang ketiga adalah Nyai Qona’ah.
Megenai keturunan pada generasi berikutnya , setelah kami melakukan interview bersama K. Muhammad Nuh, bahwasannya, Embah Muslim sebagai anak pertama mempunyai tujuh orang putra, sementara istri dan anak perempuan tidak kami temukan keterangannya. Diantara tujuh orang putra tersebut adalah:
1. K. Kaukab ( Benda Kerep )
2. K. Zaeni Dahlan ( Benda Kerep )
3. K. Muhtadi ( Benda Kerep )
4. K. Sayuti ( Cibogo )
5. K. Fahim ( Benda Kerep )
6. K. Fatin ( Benda Kerep )
7. K. Mas’ud ( Benda Kerep )
Dari K. Abu Bakar Putra kedua Embah Muslim, kami temukan keterangan dua orang putra saja, diantaranya adalah:
1. K. Hasan ( Benda Kerep-Mertua K. Muhammad Nuh )
2. K. Faqih ( Benda Kerep- Ayah kandung K. Miftah )
Demikian sekilas tentang sejarah singkat benda kerep mengenai kapan tahun wapatnya Embah Soleh dari berbagi sumber tidak kami peroleh kepastian sedikitpun, namun mengenai perningatan haul nya Embah Soleh dapat kami peroleh dengan pasti yaitu sudah ke 283 jadi dari informasi jumlah peringatan haul yang sudah dilaksanakan bisa diambil kemungkinan wafatnya Embah Soleh pada tahun 1727 M.
1 komentar:
gan boleh minta koordinat peta pondok benda kerep kah? terima kasih